Tuesday, September 6, 2011

MANUNGGALING KAWULA LAN GUSTI


A. PENDAHULUAN

1. Untuk menjawab”misteri” tentang “Manungggaling Kawula lan Gusti” terlebih dahulu menelusuri dan memahami beberapa petunjuk “laku” yang perlu diketahui terlebih dahulu sebagai pengetahuan dasar, agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian serta salah perilaku yang harus dipahami dan dimengerti benar-benar teori “laku” untuk mencapai tataran :”Manunggaling Kawula lan Gusti” (menyatunya insane dengan Tuhan Yang Maha Esa). Pada umumnya orang akan mengatakan tidak mungkin, dengan berbagai dalih dan argumentasi. Namun bagi manusia yang telah “Tinar Buka” dan memperoleh petunjuk dari pinisepuh yang telah mumpuni (menguasai ngelmu tersebut) maka kemungkinan itu dipastikan ada dan bias sebab manusia diberikan pengetahuan sedikit tentang rahasia Tuhan. Perbedaan pendapat mengenai hal tersebut pasti ada di samping ada yang bersikap dogmatis.
2. Di sini kita akan mencoba membahas berbagai pengertian dasar yang dikutip dari berbagai kitab suci Al-Qur’an, Kitab Suci Injil, Kitab Suci Weda, dan Ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Kebatinan, Kerohanian, Kejiwaan dan Kaweruh). Ternyata dari sumber-sumber tersebut mempunyai persamaan persepsi. Dengan demikian memberi petunjuk kepada umat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna khususnya bangsa Indonesia melalui leluhur kita yang mewariskan “Ngelmu Adiluhung” kepada kita, sehingga mereka dapat hidup berdampingan secara damai dan sejahtera abadi. Karena adanya persepsi yang sama, tujuan yang sama, maka kerukunan antar umat beragama, kerukunan antar pengahayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta kerukunan antar umat beragama dengan penganut kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dapat diciptakan di Indonesia karena adanya saling pengertian dan kesadaran sebagai sesame umat Tuhan Yang Maha Esa dengan segala ciptaannya. Agama dan Ngelmu Kejawen mempunyai tujuan yang sama, ialah iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan “Ngelmu Kejawen” dilanjutkan dengan “Manunggaling Kawula Lan Gusti”
3. Para leluhur kita dengan buku tuntunan “WEDHA TAMA” telah memberi petunjuk dengan bentuk tembang PUCUNG sebagai berikut : “Ngelmu iku kelakone kanti laku, lekase lawan khas, tegese khas nyantosani, setya budya, pengikise dur angkara” yang artinya (bahwa untuk menguasai ngelmu (ilmu kebatinan dan kesempurnaan) pelaksanaannya / cara mempelajarinya harus dengan ‘laku’ latihan fisik (jasmani dan rohani). Budi yang halus akan mengalahkan watak angkara murka).
4. Adakah ‘Ngelmu’ dan ‘Laku’ untuk mempelajari cara-cara untuk “Menyatu dengan Tuhan Yang Maha Esa (Ngelmu Manunggaling Kawula lan Gusti”? kiranya tidak berlebihan apabila diketengahkan tulisan ini terlebih dahulu mempelajari beberapa macam ajaran, di antaranya :
 Memahami ngelmuØ sangkan paraning dumadi
 Memahami ngelmu kesempurnaanØ
 Memahami danØ mendalami ngelmu “manunggaling kawula lan gusti”
Dengan penjelasan ini maka cukuplah sebagai pendahuluan, kemana dan dari mana ’ngelmu’ tersebut sampai paham benar dan mengerti arahnya, sehingga tidak tumpang tindih/tumpangsuh, sehingga dapat benar-benar menguasai ‘ngelmu’ tersebut dengan sebaik-baiknya.

B. MEMAHAMI JATIDIRI BERTOLAK DARI NGELMU SANGKAN PARANING DUMADI

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang terdiri dari unsur :
- BADAN JASMANI
- BADAN ROHANI (ROH)
Dengan rincian penjelasan sebagai berikut :
• BADAN JASMANI
Badan jasmani terdiri dari 4 (empat) macam unsur sari dari :
1) Sari Bumi / Tanah
2) Sari Api / Panas
3) Sari Air
4) Sari Angin / Nafas
Badan jasmani tersebut oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi panca indera sebagai alat komunikasi antara lain :
- Pendengaran melalui telinga
- Pengucap melalui mulut
- Penglihatan melalui mata
- Penciuman melalui hidung
- Perasa/perasaan melalui saraf otak
Badan jasamani tersebut oleh Tuhan Yang Maha Mulia diberi 4 (empat) macam nafsu :
1) Dari unsur Sari Bumi/Tanah : menumbuhkan unsur nafsu LAUWAMAH, yang memiliki sifat jail, serakah, mala, tamak dan sejenisnya.
2) Dari unsur Sari Api/Panas : menumbuhkan unsur nafsu AMARAH yang memiliki sifat beringas, mudah tersinggung, bertindak kekerasan, gelap mata dan lain sebagainya
3) Dari unsur Sari Air : menumbuhkan unsur SUFIAH dimana menumbuhkan hasrat keinginan untuk asmara, meminum minuman keras atau molimo (madat, main, minum, maling, madon) dan sejenisnya.
4) Dari unsur Udara/Nafas : menumbuhkan unsur MUTMAINAH yang memiliki watak narimo, watak suci, watak berbakti, watak kasihan, suka menolong dan lain-lain.
Kedua kelengkapan badan jasmani (panca indera dan nafsu) ini hanya merupakan pelengkap sarana penggerak yang belum sempurna. Padahal manusia diciptakan Tuhan yang paling sempurna, apa kekurangannya?
• BADAN ROHANI
Dalam badan rohani terdapat dua lapis yang terdiri dari Badan Rokh dan Cahaya Tuhan (Nur Muhammmad, lintang tagih, lintang johar, Nur Illahi dan sukma sejati) yang hidup tan kena ing pati. Untuk memperkuat dan meyakinkan kita semua, maka khususnya mengenai badan rohani tersebut dipersilahkan membaca ayat-ayat Kitab Suci antara lain :
1) Baca Al Isra’ (17 ayat 85) yang artinya : “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ROKH, katakanlah ROKH itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit saja”. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan manusia tentang Rokh sangatlah sedikit, sangat terbatas, karena merupakan rahasia Tuhan Sang Pencipta Alam semesta dengan segala isinya.
2) Baca Al Hijr (15 ayat 29) yang artinya berbunyi “ Maka apabila aku tekah menyempurnakan dan telah meniupkan kedalam Rokh (ciptaan-Ku), maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud/ bersembahyang.
3) Baca Qaaf (50 ayat 16) : “Dan sesungguhnya Kami telah ciptakan manusia dan mengetahui apa yang telah dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat nadi lehernya” (Utusan Tuhan bersemayam di tempat dekat urat nadi leher manusia, dengan bukti penggerak sepanjang hidupnya). Jadi di samping rokh ada sesuatu yang ditiupkan oleh Tuhan kedalam Rokh yaitu Cahaya Tuhan (Nur Muhammmad, Nur Cahaya, lintang tagih, lintang johar, Nur Illahi dan sukma sejati)
4) Dapat disimpulkan bahwa meskipun manusia hanya diberi pengetahuan sedikit oleh Tuhan tentang rokh, namun dapat disimpulkan bahwa rokh yang bersemayam di dalam tubuh manusia adalah sama dengan CAHAYA TUHAN yang dapat menghidupi manusia. Tanpa CAHAYA tersebut manusia tidak akan hidup. Jadi HURIP TAN KENA ING PATI. Inilah yang harus kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa apabila manusia yang hidup di dunia fana ini MATI.
5) Tuhan Yang Maha Esa adalah sumber dari pada sumber CAHAYA, adalah SANG HIDUP BESAR, satuan dari MAHA CAHAYA, dimana kilatan/pletikan CAHAYA yang bersemayam dalam diri manusia dapat menghidupi manusia, dapat mempergunakan panca indera dan nafsu untuk melaksanakan dharmanya di dunia. Dapatkah CAHAYA yang ada dalam diri manusia itu kembali kepada sumbernya MAHA CAHAYA? Belum pasti dapat apabila sepanjang hidupnya di dunia tidak mengerti caranya kembali pada sumber MAHA CAHAYA.
6) Baca Yahya (4-24) Injil Kristen, yang berbunyi “Allah itu Rokh adanya, maka orang menyembah Allah wajiblah dengan Rokh dan kebenaran. Makin jelas bahwa manusia bisa hidup karena CAHAYA TUHAN. Maka CAHAYA itulah yang wajib MENYEMBAH Tuhan, dan pada waktunya kembali kepada Tuhan dengan membawa amal perbuatan yang benar di hadapan Tuhan, bukan benar di hadapan manusia.
7) Kebenaran Tuhan adalah kebenaran sejati. Benering bener (pener). Karena hanya dengan kebenaran sejati, Rokh manusia dapat kembali kepada-Nya, setelah mempelajari Ngelmu Sagngkan Paraning Dumadi dan Ngelmu Kesempurnaan, kemudian melatih diri “Mati Sajroning Urip” Belajar mati sewaktu masih hidup di dunia.

C. HAKEKAT TUHAN

1. Baca AN-NUR (24 ayat 35) Al-Qur’an. Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya seperti Misykat. Dalam misykat itu ada pelita. Pelita itu dalam kaca. Itu merupakan bintang berkilau dinyalakan dengan pohon yang diberkati. Pohon Zaitun yang bukan di timur atau di barat yang minyaknya hamper-hampir menyala dengan sendirinya, walaupun tidak disentuh oleh api. CAHAYA DI ATAS CAHAYA Allah menuntun cahaya-Nya, siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah membuat perumpamaan bagi manusia. Sesungguhnya Allah mengetahui segalanya.
2. Hakekat CAHAYA.
- NUR (cahaya) yang sebenarnya itu adalah Allah SWT sendiri
- Sebutan CAHAYA bagi selain Dia hanyalah majaz (kiasan/sanepan) sebenarnya tak ada wujud.
3. AN-NISA (4 ayat 174) dari Al Qur’an. Hai manusia telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu dan telah Kami turunkan kepadamu “CAHAYA” yang terang benderang.
4. YAHYA 12-46 (Injil Al-Kitab Kristen) yang berbunyi : AKU (Allah) adalah CAHAYA yang datang di dunia ini, supaya barang siapa yang kenal dengan Aku jangan tinggal di dalam gelap
5. Umat Budha Indonesia menyebut “SANG HYANG ADI BUDHA” bagi Tuhan Yang Maha Esa. SANG HYANG ADI BUDHA sebagai sumber dari semua sumber yang memancarkan sinarnya dan menciptakan dari pada diriNya sendiri 5 (lima) DHYANI BUDHA yang masing-masing mengandung unsur :
a. VAIROCONO : sumber CAHAYA AGUNG
b. AMITABHA : CAHAYA tanpa batas
c. RATNA SANBHAWA : PERMATA alam semesta
d. AMOGASIDHI : Maha Jadi yang tidak mengenal KEGELAPAN
e. AKSOBYA : sumber ketenangan
Dari agama Budha ini juga menggambarkan SANG HYANG ADI BUDHA adalah CAHAYA MAHA CAHAYA. Langgeng tan owah gingsir. Tan kena kinaya ngapa.
6. Umat Hindhu dalam “BHAGAWAD GHITA” menguraikan sebagai berikut : “Beri santaplah yang BERCAHAYA (Brahma Sang Pencipta Alam Semesta seisinya) mudah-mudahan engkau akan dikarunia/berkahi : dari jalan inilah akan tercapai jalan keselamatanmu yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu yang BERCAHAYA diberi santap koraban/sesaji, segala kenikmatan yang diharapkan umatNya”.

D. MEMAHAMI NGELMU KASAMPURNAN

1) Dari beberapa kitab suci tersebut jelaslah memberikan jawaban kepada kita akan kebenaran bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah MAHA CAHAYA, sumber pada sumber CAHAYA. Baik pengertian yang bersumber dari agama-agama maupun pengertian ajaran penghayatan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah sama. Bahkan lebih dari itu, ajaran pengahay kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa khususnya :
a. ngelmu sangkan paraning dumadi
b. ngelmu kasampurnan
c. ngelmu manunggaling kawula lan gusti
dapat menghantarkan insan (cahaya Tuhan) manusia kembali pada MAHA CAHAYA Tuhan Yang Maha Esa. Ngelmu ini sejak sebelumnya masuk ke persada bumi nusantara Indonesia telah dihayati sebagai bangsa Indonesia terutama para pemimpin negara (para Ratu/Raja). Oleh karena cahaya hidup yang oleh manusia disebut Nur Muhammad, Lintang Tagih, Lintang Johor, Inti Rokh yang hidup kekal abadi yang wajib kembali pada induk cahaya (Tuhan YME), maka menjadi kewajiban manusia untuk mengembalikan pada induknya. Apakah manusia dapat melaksanakan tugas ini? Jawabanya adalah “TIDAK DAPAT” kecuali telah memperoleh perkenan Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai manusia pilihan/pethingan yang hidupnya selalu belajar kembali pada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara “belajar mati sebelum waktunya tiba” atau “sinau mati sajroning urip”. Jika latihan ini telah mahir dan matinya memang karena dipanggil Tuhan Yang Maha Suci untuk kembali kehadirat-Nya, sedangkan benda-benda jasmaninya, nafsu-nafsu, panca indera, dan badan wadhak/tubuh manusia dikembalikan pada unsurnya masing-masing. Maka sempurnalah kematian manusia tersebut di atas.
2) Tidak semua manusia dapat mati sesempurna itu, meskipun ia telah belajar mati sebelum takdir tiba, namun kalau perilakunya di dunia tidak baik mencari kebenaran sejati, maka masih perlu menerima karmanya lagi untuk turun menjadi manusia lagi, yang disebut reinkarnasi. Hanya manusia-manusia terpanggil yang dapat kembali, untuk memenuhi tugasnya yang disebut pemakaman umat Islam “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un” yang artinya asalnya dari Tuhan Yang Maha Esa kembalilah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

0 komentar:

Post a Comment

Jadilah Pengunjung yang Baik dengan Berkomentar di Kolom ini, agar Admin tambah semangat dan bisa lebih kreatif dalam membangun blog ini, terima kasih.